This is Taipa, The Hidden Paradise

Welcome 2014, rentang waktu yang cukup lama untuk hiatus menulis blog. Banyak hal yang terjadi kurun waktu Mei 2013, dimana tulisan terakhirku yang membahas seminar proposal skripsi, sampai hari ini. Mulai dari FSM, penelitian skripsi dengan segala hal yang menyertainya, munaqosyah dan akhirnya dinyatakan lulus kuliah, sampai jadi freelance kejar tayang yang satu kerjaan belum selesai sudah ada kerjaan lain yang menanti.  I’ll tell you those stories later.

Sekarang, sudah hampir tiga minggu aku tinggal di Lamomea salah satu desa yang ada di Konawe Selatan, Kendari, Sulawesi Tenggara. Ceritanya maen ke rumah kakak yang jadi pengasuh salah satu cabang pondok putri yang cukup terkenal di Indonesia. Jadi, aku pun mau nggak mau harus ikut kemana pun mereka pergi, misalnya aja ke pesta, sebutan warga asli untuk acara resepsi pernikahan, di salah satu wali santri yang tinggal di dekat pondok. Ajakan itu berlanjut ke acara jalan-jalan seluruh keluarga pengasuh pondok, asatidz asatidzah, dan pegawai pondok saat para santri sedang masa perpulangan libur awal tahun.

Selasa, 7 Januari 2014. Satu mobil sport, satu mobil L300, dan lima PTPT, sebutan penduduk sini untuk angkutan kota, siap mengantarkan kami ke tempat tujuan, yang aku tau adalah Pantai Taipa di Konawe Utara. Gambaran tentang pantai di benakku adalah seperti pantai-pantai yang ada di Jogja, meski yang sering aku kunjungi cuma Pantai Depok, yang sangat ramai dengan orang. Kemudian bayangkan apa yang terjadi ketika suatu tempat sudah dikunjungi oleh banyak orang. Keindahan alam yang akan tertutup oleh sampah, lingkungan alam yang mulai tercemar atau hal-hal lain yang malah mengurangi keindahan alam itu sendiri. Jangan digeneralisir untuk semua tempat wisata ya, ini hanya asumsi, pendapat pribadi, karena memang memang aku lebih senang dengan tempat wisata yang tenang, tidak terlalu ramai.

Perjalanan ke pantai ini sekitar 2,5 – 3 jam, tapi karena berangkatnya rombongan keluarga pengasuh nyasar akhirnya baru sampai ke tempat tujuan setelah 4 jam, di saat para asatidzaah dan para pegawai sudah menikmati pantai selama satu jam. Selain lama, jalan yang dilewati juga beragam, jalan beraspal sampai jalan tanah becek dan berlubang sampai jalan naik turun gunung pun harus di tempuh. Lama perjalanan, medan yang cukup menantang serta ditambah para ustad yang nyetir ngebut selama perjalanan tak kenal medan naik turun, aspal atau tanah tetap dipacu kencang, terbayarkan saat sampai di pantai ini. Taipa, The Hidden Paradise.

Begitu turun dari mobil aku cuma bisa diem, bengong. Tempat itu sepi sekali, seakan kamilah pemilik tempat itu. Aku puas, tempat ini sangat sepi dan yang jelas keadaan pantainya di luar bayanganku tentang pantai sebelumnya. Pantainya bersih sekali, lautnya biru, ada karang tinggi dan besar di sisi kiri, dan di sisi kanan entahlah seperti daratan yang menjorok ke laut dengan pohon-pohon hijau. Cukup lama aku menikmati pemandangan ini dengan hanya duduk di pondokan yang banyak disewakan di pinggir pantai. Tak henti-hentinya tersenyum melihat pemandangan di depanku. Indah sekali.





Tak mau tinggal diam, aku pun turun ke pantai, menikmati air yang masih sangat bersih dan jernih. Saat menyusuri pantai ini aku menemukan bintang laut yang cukup besar. Sebenernya pengen megang, tapi entahlah aku takut bintang laut punya racun atau apalah yang bisa membuatku terluka. Nyesel sih gak sempet megang, mungkin seharusnya aku riset dulu tentang binatang ini. Hey, tapi aku mana tau bakal nemu bintang laut secantik ini di pantai -.-“ Sayangnya aku hanya sempet menyusuri sisi kiri pantai sampai di karang besar. Mungkin lain kali aku harus kesini lagi untuk menyusuri sisi kanan pantainya. Kapan ya, pas honeymoon mungkin, hhahahha XD.


Patrick dari Pantai Taipa :)
Tekstur pada bagian bawah karang di sisi kiri pantai banyak lubangnya seperti bekas rumah binatang tertentu, burung atau entah apa itu. Banyak ikan kecil di dekat karang ini, ikan berwarna abu-abu gelap, entah apa namanya. Satu hal yang jelas buatku adalah ini luar biasa indahnya. Kalau kalian sempat mampirlah ke sini, di sini indah sekali.



Biar g dikira hoax.. :)




Gimana?? beneran cocok buat honeymoon kan?? hhahahhaha :P

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Saat Satu Pintu yang Lain Terbuka

This is my day. Seminar proposal. Setelah telat 3 bulan dari deadline yang aku bikin sendiri. Setelah minus mata nambah karena menelusuri jurnal-jurnal berbahasa asing yang seabreg. Setelah stok mood yang menipis akibat naik turun tak tentu bak roller coaster selama berbulan-bulan. Setelah mengalami psikosomatis yang cukup mengganggu dan tidak menyenangkan. Akhirnya hari ini datang juga, wahai seminar proposal.

Satu momen dimana diskusi terbuka digelar. Saat satu pintu sudah tidak mampu melihat lagi perlengkapan apa saja yang perlu dibawa saat berjalan dari sebuah penelitian berjalan, perlu untuk membuka pintu lain agar jalannya lebih terlihat jelas. Just call me an idealism person, yes I am. Sengaja memilih satu pintu lain yang aku tahu pasti jalan yang terlihat dari pintu baru ini agak berliku dan lebih detail. Tapi, bukankah itu fungsinya? Memilih jalan yang lebih detail. Biar perlengkapan yang harus dibawa benar-benar sesuai dan pas dengan apa yang kita butuhkan saat perjalanan penelitian nanti. Biar hasilnya juga bisa jauh lebih maksimal dan worth it.

Apapun yang aku dapet hari ini semoga bisa lebih menerangkan jalan menuju kelulusan skripsi dengan baik dan hasilnya bisa benar-benar memberi manfaat yang lebih luas daripada hanya sekedar memberiku gelar sarjana.  Karena ada tanggung jawab yang besar yang menanti dibalik sebuah gelar kan?

*note: tulisan ini dibuat sebenarnya hanya sebagai salah satu media affirmasi positif untuk diri sendiri aja sih. Setelah agak shock dengan begitu banyak catatan revisi yang harus segera diperbaiki. Anyway, makasih buat semua temen-temen yang mau datang tadi pagi. Maaf kalo ada yg sampe gak kebaikan kursi di dalem ruang seminar. Kalo aja aku boleh minjem ruang interactive center ya? Hhahahaha.. #psychol09y , kalian keren guys.. 

catatan revisiku sepanjang ini..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Time Traveler


Melihat microphone di ruang pengumuman salah satu sekolah menengah pertama swasta favorit di Yogyakarta membuatku memutar kembali kenangan masa lalu. Ya ampun, dulu aku pernah beberapa kali berdiri di tempat yang serupa, suaraku pernah mengisi ruang-ruang di seluruh penjuru sekolah menutup pertemuan sekolah hari itu dengan bacaan asmaul husna bersama beberapa teman sekelas. Mari kita lihat aktivitas yang lain, beberapa siswa minta izin ke guru piket untuk menanyakan apakah ada tugas dari guru yang berhalangan masuk kelas atau izin untuk pulang duluan. Tergambar jelas diingatanku bagaimana tata letak ruang piket dan microphone di sekolahku dulu. Tepat di sisi kanan pintu masuk ruang guru yang super luas. Di situlah terletak kubikel yang berisi meja panjang untuk guru piket dan di belakangnya microphone dan bel sekolah. Aku masih ingat bagaimana bunyi bel sekolah saat bel di SMP itu berbunyi menandakan pergantian jam pelajaran atau istirahat. Dulu aku senang sekali kalau kebagian mencet bel pulang sekolah setelah melantunkan asmaul husna, rasanya seperti membebaskan ratusan siswa sekolah dari jerat kepenatan dan bosan setelah seharian beraktivitas di sekolah. Hhihihi :)

Saat istirahat beberapa siswa laki-laki bermain sepak bola mini di lapangan tengah, sedangkan beberapa siswi perempuan berlarian dengan teman sekelompoknya, entah kemana. Ah, aku ingat sekali bagaimana rasanya berjalan di pinggir lapangan saat ingin jajan ke kantin sekolah. Suasana yang riuh karena aktivitas dan teriakan di lapangan, belum lagi para siswi yang kalau jalan pasti sambil ngobrol dan kadang suaranya sampai terdengar kemana-mana. Aktivitas saat istirahat memang menyenangkan. Duduk di depan kelas sambil makan jajan, ngeliatin permainan sepak bola mini, atau nungguin Mas Zak lewat *eh hhahahaha :P

Saat berkesempatan lewat kantin SMP itu, yang terbayang diingatanku malah gerobak baksonya Pak Imam, gerobak mie pangsitnya Pak Yan, kubikel-kubikel kantin punya Bu Iffa dan yang lainnya. Waktu awal di sekolah dulu, kantin belum bagus, masih beratap seng. Jadi sangat panas, apalagi kalau jam istirahat atau makan siang saat semua siswa di sekolah tumplek blek di kantin. Terkadang bikin males ke kantin, dan alternatifnya agar tetap bisa memenuhi hak si tummy ya nitip temen. Tapi masuk tahun kedua renovasi kantin bikin kantin jadi sangat nyaman dan jadi betah lama-lama di kantin. Aku dan teman-teman sekelas dulu senang sekali ngumpul di kantin pas pulang sekolah, menyatukan dua meja bundar besar, ngambil kursi kesana-kemari dan akhirnya makan dan terkadang sambil melakukan hal-hal konyol.

Ternyata orang yang aku tunggu dari pagi adalah guru UKS juga, jadi aku diantar ke UKS SMP itu. Dulu buatku UKS jadi salah satu tempat untuk nyari-nyari Mas Zak *eh keceplosan, hhahhaa :P. Tapi itu benar, waktu kelas tiga, jurusanku kelasnya terpisah dari jurusan IPA/IPS. Mereka di gedung depan, sedangkan kelasku dan aksel di gedung samping yang berbatasan langsung dengan MTs madrasah terpadu dan kelasnya Mas Zak cuma terpisah dua ruang dari ruang UKS. Jadi aku paling seneng kalau nganter temen ke UKS, ngambil spidol atau hanya ngisi tintanya saja, apapun itu asalkan ke gedung bagian depan aku mau lah pokoknya.

Ah, kunjunganku ke SMP hari itu harus disudahi. Meski harus nunggu berjam-jam untuk ngurus surat izin penelitian tapi ternyata aku sangat menikmatinya. Karena tak terasa saat menunggu itu membawaku kembali menjelajahi waktu yang pernah kulewati di sekolah dulu. Sekolah yang kini aku yakin pasti sudah banyak perubahan dan pasti sudah jauh lebih baik daripada saat aku tinggalkan beberapa tahun yang lalu. Ternyata mengingat saja membuatku sebegini bahagianya pernah tinggal di sekolah itu. Jadi pengen maen ke sana. Kapan ya?? Hhmm.. :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

I Trapped .. !!


Well, sebagai anak psikologi harusnya aku bisa membaca situasi. I did, but there’s something missing from my vision. Sedikit terkecoh lagi saat menganggap semuanya sudah selesai. Here we go, enjoy the picture..!!

 







 Dan Mas Zak cuma ketawa ngeliat aku dikerjain.. ppfftt.. :s
Well, tons of thank, guys.. :3

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

First Step – See, Hear, Feel and Understand

Salah satu mata kuliah wajib yang harus diambil saat ini adalah Kuliah Kerja Nyata a.k.a KKN. Sejujurnya saja aku belum ada bayangan apapun tentang mata kuliah ini, harus ngapain apa yang harus disiapkan, gimana nanti pelaksanaannya dan sebagainya. Jadi saat memutuskan untuk ngambil semester khusus ini pikirannku cuma biar libur lebaran gak nganggur di rumah dan biar kuliahku cepet selesai. 

Oke, pada akhirnya aku ditempatkan di kelompok yang sangat majemuk. Sepuluh orang yang ada di kelompok ini berasal dari program studi yang berbeda-beda, tentu saja tak hanya itu kemajemukannya, mereka juga pasti mempunyai karakter dan sifat yang berbeda-beda. Dengan waktu yang sangat singkat, harus dituntut mengenal dan mencoba memahami perbedaan itu. Ya, berbekal nilai mutlak kuliah Observasi dan Wawancara, aplikasi ilmu itupun dimulai. Selama beberapa hari, aku mengambil langkah aman dengan mencoba untuk mengamati dan mendengar dulu. Setidaknya sejauh ini, aku merasa nyaman bekerja sama dengan kelompok ini.

Begitu pula saat sudah berada di lokasi. Lokasi tempat KKN ini terletak di sebuah pedukuhan kecil dengan kontur tanah yang bergelombang, jalan tanah setapak yang naik turun, dan sedikit berada di dataran tinggi, jarak rumah satu dan rumah yang lain cukup jauh. Suara lolongan anjing dan bau limbah babi menjadi suatu hal yang harus mulai dibiasakan. Penerangan malam hari yang tidak cukup memadai tertolong dengan rumah Host Fam yang cukup layak dan terjamin fasilitasnya meski harus berjalan naik.

Sedikit yang baru bisa aku simpulkan adalah masyarakat di Dukuh ini majemuk, terdiri dari berbagai aliran kepercayaan, penduduk yang sering terlihat di daerah ini adalah golongan lansia dan anak-anak. Banyak kejadian di daerah ini yang membuat penduduknya pindah keyakinan dan sampai sekarang belum yakin dengan agama barunya meski sudah beberapa tahun pindah agama. Misalnya saja, salah seorang warga mengaku muallaf, saat puasa pertama kemarin dia ikut sahur, tapi saat diajak sholat dia mengaku belum siap untuk sholat karena saat menjalankan sholat dia akan merasakan reaksi fisik yang kalo mengambil istilah yang dipakai olehnya adalah “ndredek, adem panas”. Kondisi ini sedikit banyak mengingatkan pada Kucur dan tentu saja semua kenangan yang berkaitan erat dengannya. Yang jelas daerah Dukuh ini endemik malaria.

Ada satu kejadian lucu saat sholat tarawih kemarin malam. Aku dan Weni datang telat ke masjid, sampainya di sana, ada seorang anak perempuan, namanya Putri, kelas 2 SD yang tiba-tiba datang dan agak keras menepuk pundakku dan mengajak salaman. Dia pun pindah shaf ke sampingku. Selama jeda sholat, dia sempat menepuk pipiku keras, meski kaget aku mencoba untuk tetap ‘manis’. Ternyata dia cuma mau bilang kalau gigi depannya yang ‘gigis’ itu mau copot. Tak cukup sampai disitu, saat bangun dari sujud dan duduk takhiyat aku tak sengaja menyenggol badannya dan dia membalas mendorong badanku ke samping. Ya, mungkin ini caranya untuk ingin lebih dekat dan menyapa, meski aneh dan sedikit membuatku merasa gak nyaman buatku, tapi setidaknya ini membuatku belajar untuk lebih sabar menghadapi anak-anak. Memang, masih perlu melihat dan mendengar banyak hal lagi agar bisa merasakan dan memahami kehidupan dengan lebih bijak.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Me and You. Start From Parking Lot


Aku percaya bahwa Allah punya caranya sendiri untuk mempertemukan kita dengan orang lain yang mungkin secara gak kita sadari nantinya akan menjadi orang yang punya peran dalam kehidupan kita. Ini salah satu contohnya.

Aku, sebagai seorang lulusan Aliyah favorit di kota Malang yang pada dasarnya masih belum 100% sadar dan yakin tentang apa yang sebenernya ingin aku capai dalam hidup dan apa yang harus aku lakukan untuk melanjutkan hidup. Akhirnya secara random aku mencoba banyak tes untuk masuk ke perguruan tinggi dengan jurusan yang sangat random pula. Tes terakhir yang aku ikuti adalah Ujian Tulis 2 untuk masuk ke UIN SuKa Yogyakarta. Aku yang waktu itu belum begitu familiar dengan kota Jogja harus mengandalkan sepupuku Alyn untuk nganter jemput selagi aku ngurus masuk kuliah (sendirian!!). Pada akhir ujian itu aku nunggu jemputan dengan duduk di parkiran kampus dengan tenang, sampai akhirnya ada seorang perempuan yang datang menghampiriku. Tanpa ragu dia ngajakin aku ngobrol dan ternyata obrolan kami nyambung, she is Ainabila Kintaninani. Lama setelah pertemuan itu aku ternyata ketemu lagi sama dia pas OPAK, dan ternyata kami masuk kelas yang sama. Oke, good news. Setidaknya aku gak seperti orang ilang kalo harus pergi kemana-mana. Dan seterusnya dia menjelma sebagai seorang sahabat sembari menggeret masuk nama-nama seperti Putri dan Qorri masuk ke lingkaran cahaya itu. 

Sehari, dua hari, sebulan, dua bulan, sampai sekarang we very closely each other. Sudah bukan dekat, tapi lekat dengan semua hal yang menempel pada diri masing-masing yang sudah dikupas tuntas, sehingga mengeluarkan kalimat “ini kamu banget deh”. Sudah hampir 3 tahun ini diisi dengan cerita-cerita kejadian yang beragam, mulai seneng, sedih, tapi yang paling banyak harus kuakui adalah kekonyolan tingkah kami. Apa yang lebih memalukan dari kekurangan uang seratus rupiah untuk naik Trans Jogja sampai petugas trans harus mencarikan seratus rupiah dari dompetnya. Atau ini, nekad masuk Starbuck Coffee hanya dengan modal 20ribu di tangan yang hasilnya adalah secangkir black coffee yang sangat pahit sampai kami harus mampir ke kost Shobie untuk minta gula!! Sejujurnya aku suka godain dia. Misalnya aja kalo lagi naik motor, seperti terus nerobos palang pintu kereta api sudah mulai turun saat suara mbak-mbak itu meraung-raung di tengah padatnya jalan bimokurdo, yang menandakan kereta api mau lewat, atau ngebut di jalan. Tapi setelah selama 2 tahun terakhir ini aku selalu mendapat masalah dengan Rere (baca: jatuh, kecelakaan) aku jadi gak berani lagi ngebut ato nyerobot kalo emang gak penting-penting banget. Tak terhitung lagi "kencan" kami berdua, mulai dari nonton, jalan-jalan, kuliner, hunting foto dan masih banyak lagi.

Banyak cerita, banyak pengalaman, banyak pelajaran berharga saat kami mencoba untuk lebih mengenal satu sama lain dan berusaha untuk terus memahami perbedaan sebagai sesuatu yang indah. Resonansi kami cukup keren, saat hape dia rusak dan tak lama kemudian hapeku yang giliran rusak. Kehadirannya selalu bikin aku ngerasa dibutuhkan dan didengarkan. Dia juga selalu support aku selama aku berada di jalan yang benar. Seperti ini, dengan sengaja merancang rencana untuk mempermalukanku di Lombok Idjo setahun yang lalu. Dalang utama yang menyanggupi rencana nekad Mas Zak!! Hhmm, tapi harus aku akui aku seneng banget waktu itu, terharu banget karena saat itu aku emang lagi butuh benget ketemu Mas Zak. 

Sejujurnya saja aku bukan tipikal orang yang romantis atau apalah itu namanya, jadi kadang aku gak ngerti bagaimana caranya aku harus nunjukinnya. Well, the best thing that I’ve ever had is you’ve been a part of my life. Dengan semua rasa yang aku punya, terima kasih untuk semuanya sejak dulu, kini dan nanti. We’ll be together till end, aren’t we?? :’)

Nb: sebenernya aku pengen upload video di Lombok Idjo, cuma gk tau kenapa servernya error terus.. ntar deh aku coba upload lagi.. :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Karena Aku di Jogja (Part .1 – blessed from Allah after the pain )


Jogja, salah satu diantara dua daerah istimewa di Indonesia selain Aceh. Alasan aku milih kuliah di Jogja? Eemm, actually I’ve no reason for that. Just trying to touch down in different place. Kayaknya tulisan ini bakalan panjang, jadi aku nulisnya beberapa kategori. Kategori pertama ini, eemmm apa yaa topiknyaa?? Eeemmm pokoknya tentang pengalaman pribadi aku aja dulu, yang aku rasain sendiri, banyakan sih pengalaman suram yang membawa pencerahan. Hhahaha ..

Karena aku di Jogja, yang paling jelas kerasa dan berbeda adalah merasakan GEMPA dan GUNUNG MELETUS. Jogja merupakan salah satu daerah yang komplit, punya gunung berapi, punya laut yang selatan banyak banget. Pertama kali ngerasain gempa sekitar semester satu, tapi waktu tepatnya aku lupa. Yang jelas kejadiannya malam hari, sekitar pukul 2  atau 3 dini hari. Aku yang belum pernah merasakan gempa sebelumnya jelas gak peka, apalagi waktu kejadian itu aku senang tidur terlelap. Memang sih, aku masih inget kalau waktu itu aku denger suara kaca buffet kamarku bergetar, tapi tidak membuatku bereaksi sampai akhirnya om dan tante menggedor pintu kamarku dan berkata kalau saat itu gempa. Begitu keluar rumah ternyata tetangga udah rame ngumpul di jalan, seingetku aku waktu itu sms ngabarin Mas Zak. Sampai gempa terakhir, kurang lebih sekitar bulan Februari atau Maret yang lalu, aku masih belum begitu peka sama yang namanya gempa. Padahal tiga tahun di Jogja, kayaknya ada kali 10an kejadian gempa. Gempa terakhir kurasakan saat aku selesai kuliah ModPri dan lagi jaga ruang baca sendirian di lantai 3. Lagi asyik duduk di depan komputer tiba-tiba rasanya goyang-goyang, masih sempet ngetweet dan mikir sampai akhirnya aku bener-bener sadar kalau sedang gempa, buru-buru keluar ruang baca tapi tak sempat turun tangga karena gak mungkin aku mau loncat dari lantai 3, jadi cuma bisa pasrah aja. Gempa terakhir ini yang paling kerasa dan cukup lama setelah gempa saat aku di togamas bareng Kintan.  Begitu turun ke lantai 1, aku pun langsung mengirim pesan-pesan ke Mas Zak kalau-kalau terjadi apa-apa sama aku, dan malah diomelin sama dia dan bilang aku terlalu banyak nonton film korea..  --“

Karena aku di Jogja, aku juga ngerasain yang namanya semburan lahar dingin dari gunung berapi yang meletus. Kejadian itu sekitar bulan Oktober – November 2010. Letusan besar pertama seingetku tanggal 25 Oktober, setelah beberapa hari agak mereda, ternyata tanggal  5 November terjadi lagi letusan yang lebih besar. Padaha sehari sebelumnya, alias 4 November abis nonton bareng Step Up 3 di XXI Udjo sama temen-temen. Waktu itu kondisi di Jogja sangat mencekam. Selama beberapa minggu, langit Jogja abu-abu semua, dimana-mana ada debu, nutupin jalan, nutupin tumbuhan, nutupin bangungan, nutupin semuanya, semua orang pake masker. Jadi, kalau naruh motor gitu, sebentar aja pasti udah banyak debu vulkanik yang nempel. Aku sempat jadi relawan dari Psikologi untuk proses rehabilitasi mental pasca bencana (meskipun pada awalnya, pas masi baru-baru meletus sempet kabur pulang ke rumah karena takut). Beberapa bulan kemudian aku sempet mengunjungi merapi pasca erupsi sama temen-temen dan jugaaaaa Mas Zak. 






Yang lebih penting, karena aku di Jogja aku jadi LDR sama Mas Zak. Eemm, awalnya berat, banget malah. Apalagi sempet ada beberapa kejadian yang cukup untuk shock therapy buat aku. Ya, gimana ya, punya pacar tenar dan baik itu lumayan melatih kesabaran dan kepercayaan. Mulai maraknya Social Media, kayak Facebook benar-benar menguji semuanya. Dari saat masih di MAN dulu, Mas Zak itu orangnya emang baik sama semuanya, jadi ya kalo sampe ada beberapa orang yang ngerasa gimana gitu ya wajar. Bikin salah paham sih iya, gak bisa dibilang berantem juga sih, paling cuma jadi diem-dieman dan saling nyalahin diri sendiri *catet..!! nyalahin diri sendiri-bukan nyalahin pasangan*. Tapi, lambat laun aku belajar banyak hal, sampai akhirnya kami jadi tau bagaimana agar komunikasi tetap setara dan berjalan baik. Selain itu, dukungan selalu mengalir dari banyak pihak, teman-teman di MAN, teman-teman kuliahku di Jogja, dan mungkin para asatidz, hhehee. Inilah yang patut aku syukuri, karena sampai sejauh dan selama ini, kami masih tetap bisa berjalan bersama sesuai komitmen awal yang dulu pernah kami buat, saling percaya, mengerti, memahami dan masih terus belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik bagi pasangan *eciiiiee-ngomong apaan sih aku ini?? --?* . Ya, rasanya aku kayak minum obat, pahit banget, nggak enak banget, tapi menyembuhkan dan menyegarkan. Now, I feel more stronger than before, and of course I’ve a lot of knowledge how to manage this relationship with my dear, Mas Zak. Thanks a lot. :’)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS