Ketika Waktunya Tiba


Hari ini, 4 syawal 1432 H masih dalam suasana hari raya Idul Fitri. Saat tengah asyik baca koran, tiba-tiba Ibu memanggil Mbak Asti dari dalam kamar dengan suara keras. Tak lama kemudian keduanya keluar dan berjalan tergesa menuju ruang makan. Mereka menanyakan suatu tempat pada Bapak. Bapak pun menjelaskan tempat yang di maksud. Saat ditanya kenapa, akhirnya Ibu bilang kalo barusan dapet kabar ada tetangga kami meninggal karena kecelakaan setelah pulang mudik. Kebetulan keluarga kami cukup dekat mengenal mereka. Rumah yang masih ramai pun semakin ramai mendengar kabar itu. Tak lain karena memang mereka masih muda, mereka pun sempat bersilaturrahmi ke rumah pada saat lebaran pertama lalu. 

Pada saat itu tv juga sedang menyala, ada wawancara dengan seorang pemudik yang namanya sama dengan nama anak pertama mereka. Program acara setelah itu juga menayangkan tentang liputan di sebuah kota, dan ternyata kota itu sama seperti kota tujuan mudik mereka. Entah hanya kebetulan atau sebuah pertanda, yang jelas ini membuatku agak merinding, takut. Setelah memastikan kabar tersebut Bapak, Ibu dan Mbak Asti langsung bersiap-siap untuk melayat.

Saat ini aku langsung teringat sebuah ayat “kullu nafsin dzaiqotu al-mauut” –setiap yang bernyawa pasti akan mati. Ya, tak hanya manusia, hewan dan tumbuhan pun pasti akan mengalaminya. Tak ada satu manusia pun yang tau kapan akhir hidupnya di dunia ini, karena rezeki, jodoh, dan kematian merupakan suatu hal yang mutlak milik ALLAH, hanya Dia yang mengetahuinya dan telah termaktub dalam kitab kehidupan manusia sejak masih ada di lauh al-mahfudz

Aku sendiri pun kadang memikirkannya, kapan waktuku habis?. Memang hal ini membuatku sedikit takut, karena aku sadar, aku masih belum punya bekal yang cukup untuk aku bawa ‘pulang’ nantinya. Selama 20th hidupku, aku merasa masih banyak kekurangan di semua sisi kehidupanku. Mulai dari ibadah, bakti ke orangtua, menuntut ilmu, dan sebagainya masih sangat kurang. Aku masih suka ngeremehin ibadah, aku masih belum bisa bersungguh-sungguh, aku masih sering membantah orangtua, aku masih belum bisa membalas kebaikan mereka, aku masih belum bisa sepenuhnya berbakti pada mereka, aku masih seenaknya sendiri kalo kuliah, bahkan sejak aku mulai masuk smp aku merasa tidak terlalu maksimal untuk menuntut ilmu. Dan masih banyak hal lagi yang belum aku lakukan, meskipun sebenarnya aku punya kemampuan untuk melakukan semua itu, tapi selama ini yang kulakukan hanya menyia-nyiakan waktu. Ini semua membuatku takut. 

Tak pernah ada kata terlambat untuk memulai segala sesuatu yang baik. Peristiwa ini membuatku sadar, sudah cukup aku habiskan waktuku untuk melakukan hal-hal yang tidak berguna. Aku harus mulai untuk bangkit dan memperbaiki semuanya, aku harus mulai memanfaatkan waktuku untuk melakukan segala sesuatu dengan baik dan benar, aku harus mulai menjadi manusia yang berguna, karena aku tak tau sampai kapan waktuku. 

Aku yakin semua peristiwa yang terjadi di dunia ini punya hikmah, bahkan apel jatuh pun bisa menginspirasi Einstein untuk menciptakan sebuah rumus yang berguna dan dipakai di seluruh penjuru dunia. Kenapa aku tidak bisa? Karena aku masih terlalu malas dan tidak peduli. Aku masih berkutat dengan duniaku dan pikiranku sendiri. Aku masih kurang membuka ‘mata’ untuk melihat banyak hal yang terjadi di luar sana. Aku masih perlu sering mendapatkan dorongan oranglain untuk membuatku semangat lagi. Tapi aku yakin aku pasti bisa dan aku harus bisa berubah menjadi manusia yang lebih baik dan berguna. 

Untuk almarhumah tante Sofie dan almarhum dek Aan, semoga mendapatkan tempat yang layak di sisi ALLAH swt dan diterima seluruh amal perbuatan semasa hidupnya, terima kasih telah menyadarkan ku tentang betapa berharganya waktu di dunia ini. Untuk keluarga yang di tinggalkan, dek Rosita, dek Yasir dan Om Munawar, semoga diberi ketabahan dan kekuatan untuk menghadapi semua ujian dari ALLAH. Amin.  

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS