Nekad Not Naked..!!

Hari jum’at kemarin masuk kelas PAUD lagi setelah minggu kemaren libur. Disaat mata kuliah yang lain tak mampu membujuk dosen agar gak UTS atau minimal UTSnya take home, akhirnya penawaran sangat menggiurkan dari Dosen PAUD, yakni gak ada UTS tapi harus ngumpulin tugas analisis kurikulum PAUD. Yah, observasi wawancara lagi deh. Hhmm, kemana yaaa? Untung pas jaga di lab ketemu Winda dan diajakin maen ke PAUD sebelah buat nanya apa bisa magang disana. Langsung aja aku bilang iya, pas di jalan juga ketemu Mbak Filla yang akhirnya juga ikutan, dan begitu masuk halaman bau bayi dimana-mana segeeer bangeeet *jadi kepengeen..mupeengg*. 

Pas udah ketemu Bunda Iffa, pimpinannya yang super baek, kami langsung ditawarin untuk magang saat itu juga. Gileee, padahal niat awal cuma nanya doang malah langsung dibolehin, mana gak usah pake surat dan hebatnya lagi malah ditawarin uang transport, gak perlu kompetensi yang penting cuma komitmen, ckckckckck. Berhubung Winda langsung jawab saat ditanya kapan jadwal kosong, aku pun ikut-ikutan ngasih jadwal kosong, dan Bunda Iffa pun dengan sigap dan cepat nyatetin jadwal kami. Begitu selesai kami pun ditanya satu-satu dari semua jadwal kosong itu mana yang mau diambil, belum juga selesai mikir Bunda Iffa langsung ngasih alternative kalo fleksibel aja, jadi diambil semua, tapi kalo gak bisa dateng bilang dulu ke Bunda Iffa. Nah, kan baek banget Bunda Iffa. 

Begitu keluar PAUD baru nyadar kalo ternyata harus re-schedule lagi. Kuliah 12 mata kuliah, magang 15 jam perminggu di lab, dan sekarang di tambah dengan magang di PAUD. Ya ALLAH, baru nyadar kalo bakalan padet banget nih, kebiasaan deh ngomong dulu baru mikir. Bismillah aja deh, nekad. Semoga banyak manfaat dari kenekadan kali ini *misalnya sekalian bikin tugas matkul PAUD buat UTS, latihan jadi Bunda, nambah pengalaman*. Jadi inget pesan Bunda Iffa, “Lihat anak dengan kacamata kasih sayang, tak hanya saat anak itu lucu, nurut dan diam, tapi juga saat anak sedang nakal atau tantrum, tetap lihat mereka dengan kacamata itu. Siapkan diri sebaik mungkin karena anak akan belajar dari apapun yang mereka lihat dan dengar, jadi gak boleh macam-macam”. 

Saat hendak meninggalkan gedung PAUD, Bunda Iffa nyusul dan bilang “meski belum pengalaman, kalian juga harus siap lho ya dipanggil Bunda.” Huwaaaaaa aku jadi Bundaaa *Mas Zak aku udah latihan nii,, hhahahaha*.. Semangaaaaat.. :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

This is The Future.. :))

Ada long weekend?? Jelas cepet-cepet reservasi tiket dong. Apalagi kalo bukan buat ketemuan *namanya juga LDR, musti banyak usaha dan pengorbanan, biar pacar saya gak digodain sama orang * lebay ya? Biarin ah, hhahaha. Mumpung di malang juga ada acara di almamater kan, sekali pergi dua acara terlampaui, aseeek. Sempet kaget juga sih waktu Mas Zak bilang mama mau ikut ke malang, seneng aja rasanya tapi juga malu, campur-campur pokoknya, intinya seneeeeng *nah bingung kan mau deskripsiin*.

Day 1 – Kisah Potongan Timun
Baru bisa ketemuan abis sholat jum’at. Seperti biasa, rutinitas awal adalah puter-puter kota malang ampe puas baru ke Gramed. Ada kejadian memalukan pas turun tangga, yup aku kepleset dan hampir jatuh gara-gara mau liat iklan yang ditempel di dinding tangga. Untung ada yang jagain, hhehe. Mau dinner aja juga bingung, yah berhubung kami berdua bukan orang malang jadinya gambling aja kalo mau makan. Finally, kami memilih satu tempat makan, menu malam itu fast food *burger* dan kwe tiaw kuah *nah kan gak sehat semua, tapi sehat kok :D*. Kebiasaan nih kalo makan, pasti yang bikin lama itu ngobrolnya, cerita kesana kemari tentang berbagai macam hal, tentang berbagai kisah, tentang kerasnya kota tempat dia tinggal, ampe dua jam lebih di sana *untung gak diusir sama waitersnya*. Moment seperti ini yang selalu bisa bikin aku ngerasa ih waaw, kereen. Apalagi saat Mas Zak mulai motongin timun dan tomat dari sisa burgernya kemudian menyusunnya di piring sambil bilang gini, “ini pulau, nah ini ada sekolah, di sebelahnya ada toko rotinya, terus di sekelilingnya udah laut. Ntar Ndut yang ngajar sekolah ini. Makin lama banyak yang sekolah disitu, pulaunya jadi makin rame, terus kita pindah ke tempat lain ya.” Yang bisa aku lakukan saat itu cuma tertegun berdoa seraya mengamini ini semua.

Day 2 – It Called “Support”
Berhubung aku izinnya mau ikut acara yang diadain sama almamater, ya berangkat juga ke sana meskipun Mas Zak ngajakin bolos aja biar bisa jalan-jalan, hhahaha. Dateng berdua, ketemu sama temen-temen lama, basa-basi sebentar dan saling menanyakan kabar sampai pada akhirnya selalu ada pertanyaan krusial tentang masa depan bersamanya, hhahahaha. Meski sempet maju mundur akhirnya memberanikan diri maju ke Baba Taufiq, minta restu minta doa semoga semuanya lancar terkendali. Sempet ditanyai juga sih sama Baba “gimana? Udah nemu? Nemu kakak-kakak gitu.” Dalam hati aku jawab, “udah dong Ba, orang sini-sini juga kok Ba, namanya Mas Zak, kenal juga kan Ba?” Hhahaha. Seharian ketemu orang-orang dari masa lalu yang tahu tentang bagaimana perjuangan dan perjalanan kami selama ini membuat semangat kami kembali full tank. Apalagi kalo ketemu Al-Falah, tambah bikin tenang rasanya. Mereka punya cara masing-masing untuk mensupport. Inilah kenapa aku selalu suka lingkungan di sana, sangat bersahabat dan kekeluargaan. Tak sungkan untuk mengingatkan dan selalu mendoakan yang terbaik.

Day 3 – Sejenis Kincir Angin
Dulu pas liburan sama Ay Putri di sini pengen naik ini, tapi gak bisa karena kami dateng pas istirahat. Aku pun ngajakin Mas Zak naek ini. Ya, permainan sejenis kincir angin yang di dalamnya ada seperti kabin yang berputar, ya memang bentuknya seperti kincir angin. Kami naik dari bawah, masuk ke dalam kabin ngobrol sejenak, sediki berdebat kecil yang lucu tentang “korea itu beda sama cina”. Ya, aku berhasil meracuni Mas Zak dengan cerita-cerita berdasarkan film korea yang ku tonton. Tak kusangka, he did it. Did what? something too romantic, just make it been our secret, hhahaha. Ya, seperti kincir angin yang kami tumpangi saat itu, hidup itu ada kalanya di bawah dan ada kalanya di atas. Aku belajar, Mas Zak belajar, kami masih perlu banyak belajar untuk lebih memahami, memaknai dan mensyukuri segala sesuatu yang terjadi pada kami. Setidaknya, buat aku pribadi, aku jadi inget bahwa gak semua apa yang kita pengen itu bakal berjalan lancar pasti ada saat seneng dan ada saat sedih, aku harus bisa belajar untuk me-release segala sesuatu yang aku anggap menyakitkan agar tak terbawa sampai aku tumbuh dewasa nanti. Setidaknya banyak orang yang akan membantuku untuk tumbuh dewasa, aren’t you? :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Incandescent (Part. 1)


Dalam kamusku *kamus yang aku punya*, artinya  pijar. i. bulb bola lampu pijar. i. light cahaya lampu pijar. Secara harfiah yang namanya lampu itu pasti menerangi, memberikan cahaya, memunculkan secercah harapan, membangkitkan kehangatan. Dan ternyata cahaya tidak hanya bisa didapat dari lampu. Banyak hal yang memberikan cahaya dengan caranya sendiri.

Sebuah kebetulan saat lagi ngeliat timeline di twitter ada satu akun yang meretweet sebuah pengumuman tentang lomba film tentang diffabel. Aku pun melihat link yang ada di sana, dan berbekal pengalaman bikin film pas mata kuliah Psikologi Industri Organisiasi, aku pun tertarik untuk berpartisipasi. Beruntung aku punya teman-teman yang punya banyak akses ke sana, mereka aktif menjadi volunteer untuk orang-orang diffabel di kampus. Satu keberuntungan lain karena kampus ini merupakan kampus inklusi yang juga menerima mahasiswa dengan kebutuhan khusus. 

Setelah berhasil membentuk satu tim, kami pun mulai merencanakan tentang segala sesuatu tentang film ini. Mulai dari pemilihan tokoh, alur cerita, setting dan lain sebagainya. Ya, bikin film itu gampang-gampang susah. Sampai saat ini yang paling susah adalah saat harus menggunakan talent agar scene terlihat ‘penuh’ orang. Mengingat mengangkat tentang orang diffabel, agak susah juga sih cari talent yang mau ikut berpartisipasi. Entah karena enggan berinteraksi dengan orang-orang diffabel atau menganggap bahwa kami sedang main-main yang tak berguna. Alhamdulillah, saat proses pengambilan gambar yang pertama diluar ekspektasi kami. Meski awalnya hanya beberapa orang saja dan sempat menerima penolakan dari beberapa orang untuk bergabung, pas di tengah pengambilan gambar pas ada dosen yang lewat mau ke berangkat ke masjid, dan sempat memberikan komentar atas apa yang kami lakukan saat itu *scene.nya tentang salah seorang diffabel yang sedang mengajarkan bahasa isyarat*.

Dari proses pengambilan gambar saat itu, aku jadi tahu, bahwa si tokoh yang kami angkat ini, meski dia transgender serta menderita tuna rungu dan tuna wicara, dia sangat aktif diberbagai kegiatan. Mulai dari mengajarkan bahasa isyarat di Diffabel Center kampus, mengikuti beberapa aktivitas kelompok diffabel, menjabat sebagai Ketua DAC (Deaf Art Community), komunitas seni tuna rungu di Yogyakarta, dan masih banyak lagi. Ia juga punya segudang prestasi, seperti merancang busana untuk iklan, ikut kontes Miss Waria dan masuk masuk 10 besar, mendapat gelar Miss Waria teladan 2007 di Jakarta, juga menari dibawah asuhan Didi Nini Thowok. Yang jelas, bulan Oktober mendatang, dia akan mewakili Indonesia untuk mengikuti Miss Deaf International di Thailand. Dia bercerita bahwa akan memakai beberapa gaun dari berbagai perancang busana, bahkan rancangan dari Ivan Gunawan.

See, ternyata baru hari pertama ngambil gambar aja aku sudah mendapatkan banyak sekali hikmah. Ternyata dia lebih berprestasi dari aku yang normal, ternyata dia bisa lebih kuat dan tangguh dari aku yang normal, ternyata dia lebih berpijar dari aku yang normal. Ini membuatku berintrospeksi, lebih banyak bersyukur dan bersemangat kembali. Bahwa judul skripsi yang belum tepat independent variablenya bukan akhir dari segalanya.. keep fight, guys.. ;)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Suicide is Not a Solution


Mau cerita agak serem *jrengjreeeeeng pasang musik angker, pasang tampang serius*. Suatu ahad sore 26 Februari kemaren, pas aku balik ke jogja ada cerita serem. Here we go……

Gak tau kenapa hari itu banyak banget yang naek kereta, hasilnya aku pun berdiri selama kurang lebih 2 jam perjalanan. Karena dulu pas masih di malang malah pernah berdiri 3,5 jam di bis dari malang ke jombang, makanya sekarang berdiri 2 jam itu bukan masalah *padahal sebenernya nyesek juga sih*..
Pas nyampe di stasiun sragen sih aman-aman aja, eh tiba-tiba baru berangkat sebentar saat masih di tengah hamparan sawah, yang relnya cuma ada satu, tiba-tiba masinisnya nglakson lamaaaaaaaa banget, terus kemudian ngerem mendadak. Sejujurnya bayanganku waktu itu adalah ada kereta lain dari arah yang berlawanan, dan berhubung relnya cuma satu, yang ada dipikiranku saat itu hanya “ya ALLAH, ampunilah semua dosa-dosaku” rada parno juga sih bayangin yang kayak beginian. Tak lama berselang ketika kereta sudah berhenti, pintu kereta pun terbuka semuanya dan para petugas kebersihan kereta pada turun semua dan lari menuju suatu tempat. Di dalam kereta, petugas keamanan yang sering meriksa tiket juga terlihat berjalan tergesa menuju gerbong depan ruang masinis. Sontak keadaan di kereta pun jadi rada horror, keributan di mana-mana *kalo yang ini lebay, tapi emang keadaan jadi rame*. Kejadian ini tak berlangsung lama, beberapa saat kemudian kereta kembali berjalan tapi dengan pintu yang masih terbuka, sehingga melewati segerombolan orang yang entah sedang ngapain di pinggir rel, yang jelas mereka adalah para petugas kebersihan kereta yang terlihat sedang berusaha untuk melindungi sesuatu. Meski aku berdiri, tapi tetap saja gak bisa ngelihat dengan jelas apa yang mereka pegang karena jujur saja takut untuk sekedar menuju pintu dan melihat apa yang sebenarnya terjadi, selain itu juga karena emang di pinggir pintu udah banyak orang, daripada malah akunya yang jatuh, bisa berabe.

Kereta pun berhenti di stasiun terdekat *ini benar-benar dekat –untuk ukuran kereta tentunya* untuk nungguin yang tadi pada turun. Usut punya usut, berdasarkan hasil nguping ibu-ibu yang manggilin mas-mas petugasnya yang lewat, aku jadi tahu kalo ternyata ada orang yang entah mau bunuh diri ato gak tahu kereta lewat terus mau nyebrang, entah gimana. Yang jelas tadi para petugasnya itu turun buat megangin orang itu. Katanya sih cewek, dan Alhamdulillah orangnya selamat *saat itu*. Horror .

Kadang gak habis pikir juga kenapa ada orang yang nekad kayak gitu. Hidup emang gak mudah, tapi aku percaya dan yakin semua itu pasti ada jalan keluarnya, tapi tidak dengan jalan seperti ini, pasti ada jalan lain yang lebih indah kok. Yah, meskipun jujur saja aku juga kadang ngerasa frustrasi, kadang ngerasa useless, kadang ngerasa hopeless, kadang pernah ngerasa nggak berharga juga, tapi aku selalu percaya dan aku yakin bahwa apapun yang terjadi padaku itu akan membuatku semakin kuat dan ‘kaya’. Setidaknya aku masih punya orang-orang yang cinta sama aku, aku yakin mereka pasti akan support aku, dan nguatin aku. Dan yang paling penting aku punya ALLAH, aku percaya Dia selalu ngasih yang terbaik buat aku. So, be strong :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS