Midnight Short Story

Malam ini seperti biasa online cari bahan buat ujian take home PAUD. Sambil buka fb, buka twitter, kirim email, mana koneksi mendadak rada-rada lemot, laptop hang beberapa kali, nguji kesabaran wes pokoknya. Begitu nyalain laptop lagi dan online lagi, tiba-tiba di fbku ada 1notification message. Begitu buka ternyata ada message, yang bikin surprise adalah ternyata itu message dari Ustad Gunawan, “askum. kaifa haal ya binti”. Singkat, padat dan jelas, tapi mampu bikin aku nangis malem-malem kaya’ gini.  Entah kenapa rasanya sesak banget, sedih seneng terharu campur jadi satu. Dulu aku bandel banget waktu masih di MAN 3 Malang, apalagi di asrama. Tapi beliau masih mau memanggilku “binti”, meskipun kalau aku lagi ke malang, aku sungkan untuk sowan ke rumah asatidz, bukan apa-apa, aku cuma malu dengan kelakuanku dulu. Aku pun buru-buru bales messagenya ust. Gun, tapi sayangnya beliau sudah offline.
Mengingatkanku waktu acara sarasehan bulan kemarin sowan ke tempat Ust. Taufiq. Beliau masih jenaka, masih menatap dengan tatapan yang sarat akan kasih sayang dan doa. Mereka, walapun terkadang memang terlihat dan terasa keras mendidik aku dan teman-temanku dulu, tapi aku yakin dan aku percaya bahwa mereka melakukan itu dengan penuh cinta, mereka melakukan itu karena pengen ngelihat kami “yang sudah mereka anggap seperti anak mereka sendiri” tumbuh menjadi manusia baik, berbudi pekerti luhur, bermanfaat dan sukses. 

Sedikit mengutip sebuah postingan dari kakak kelasku di MAN 3 Malang dulu, Mas Ilham Arwani. Yang menuliskan bahwa ibu adalah seorang yang amatiran dan tidak professional.
"Ibu bukan seorang professional. Ia seorang ”amatir”  tulen. Sungguh, karena ia bekerja atas dasar ‘cinta’. Ke-amatir-an beliau diwujudkan melalui ketelatennya dalam mengasuh, mendidik pantang mengeluh, dan menggendong tanpa mengaduh. Amatirisme adalah kecintaan seseorang dalam setiap bidang yang dikerjakan. Amatir berasal dari kata ‘armoure’ yang berarti ‘cinta’. Benar, jika orang pintar menempatkan ‘amatirisme’ lebih rendah dari‘profesionalisme’, karena amatirisme itu seperti sendok yang selalu menempatkan diri di bawah dan melayani dari bawah, sedang profesionalisme seperti garpu yang menghunjamkan ketajamannya dari atas."

Ya, mereka para asatidz itu juga bukan seorang professional dan juga amatiran tulen. Tapi mereka selalu memberikan dan menebarkan cinta kepada semua orang disekitar mereka.
Miss them a lot, Ust. Gun, Ust. Taufiq.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

The OX - Bulan yang Sama

Kemana-mana pun kita bersama
Kau dan aku tak mungkin terpisahkan
Karna engkaulah belahan jiwaku

Kini aku ada di tempat jauh
Kau di sana sendiri tanpaku
Kita merasa ada sesuatu yang hilang
Tanpamu aku di sini berantakkan

Reff:
Lihatlah bulan yang sama
Agar kita merasa dekat
Lihatlah bulan yang sama
Agar kita tetap dekat
Lihatlah bulan yang sama
Agar kita merasa dekat
Lihatlah bulan yang sama
Agar kita tetap dekat

Kau di sana aku di sini
Terhalang jarak yang begitu jauh
Mohon kau janganlah mengeluh
Bersabarlah menungguku
Tetaplah engkau seperti dulu
Secepatnya ku akan kembali
Begitu banyak godaan mencoba
Menguji kesungguhan cinta kita
Selalu ku letakkan hatimu dalam hatiku
Karna ku tak ingin kehilangan dirimu


Source:http://liriklaguindonesia.net/the-ox-bulan-yang-sama-ost-kambing-jantan.htm#ixzz1rMFNkF73


*ini lagu wajib pas bulan purnama.. pas bareng-bareng liat bulan sama Mas Zak... tapi bukan berarti terus berubah jadi srigala lhoo :p

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS