Me and You. Start From Parking Lot


Aku percaya bahwa Allah punya caranya sendiri untuk mempertemukan kita dengan orang lain yang mungkin secara gak kita sadari nantinya akan menjadi orang yang punya peran dalam kehidupan kita. Ini salah satu contohnya.

Aku, sebagai seorang lulusan Aliyah favorit di kota Malang yang pada dasarnya masih belum 100% sadar dan yakin tentang apa yang sebenernya ingin aku capai dalam hidup dan apa yang harus aku lakukan untuk melanjutkan hidup. Akhirnya secara random aku mencoba banyak tes untuk masuk ke perguruan tinggi dengan jurusan yang sangat random pula. Tes terakhir yang aku ikuti adalah Ujian Tulis 2 untuk masuk ke UIN SuKa Yogyakarta. Aku yang waktu itu belum begitu familiar dengan kota Jogja harus mengandalkan sepupuku Alyn untuk nganter jemput selagi aku ngurus masuk kuliah (sendirian!!). Pada akhir ujian itu aku nunggu jemputan dengan duduk di parkiran kampus dengan tenang, sampai akhirnya ada seorang perempuan yang datang menghampiriku. Tanpa ragu dia ngajakin aku ngobrol dan ternyata obrolan kami nyambung, she is Ainabila Kintaninani. Lama setelah pertemuan itu aku ternyata ketemu lagi sama dia pas OPAK, dan ternyata kami masuk kelas yang sama. Oke, good news. Setidaknya aku gak seperti orang ilang kalo harus pergi kemana-mana. Dan seterusnya dia menjelma sebagai seorang sahabat sembari menggeret masuk nama-nama seperti Putri dan Qorri masuk ke lingkaran cahaya itu. 

Sehari, dua hari, sebulan, dua bulan, sampai sekarang we very closely each other. Sudah bukan dekat, tapi lekat dengan semua hal yang menempel pada diri masing-masing yang sudah dikupas tuntas, sehingga mengeluarkan kalimat “ini kamu banget deh”. Sudah hampir 3 tahun ini diisi dengan cerita-cerita kejadian yang beragam, mulai seneng, sedih, tapi yang paling banyak harus kuakui adalah kekonyolan tingkah kami. Apa yang lebih memalukan dari kekurangan uang seratus rupiah untuk naik Trans Jogja sampai petugas trans harus mencarikan seratus rupiah dari dompetnya. Atau ini, nekad masuk Starbuck Coffee hanya dengan modal 20ribu di tangan yang hasilnya adalah secangkir black coffee yang sangat pahit sampai kami harus mampir ke kost Shobie untuk minta gula!! Sejujurnya aku suka godain dia. Misalnya aja kalo lagi naik motor, seperti terus nerobos palang pintu kereta api sudah mulai turun saat suara mbak-mbak itu meraung-raung di tengah padatnya jalan bimokurdo, yang menandakan kereta api mau lewat, atau ngebut di jalan. Tapi setelah selama 2 tahun terakhir ini aku selalu mendapat masalah dengan Rere (baca: jatuh, kecelakaan) aku jadi gak berani lagi ngebut ato nyerobot kalo emang gak penting-penting banget. Tak terhitung lagi "kencan" kami berdua, mulai dari nonton, jalan-jalan, kuliner, hunting foto dan masih banyak lagi.

Banyak cerita, banyak pengalaman, banyak pelajaran berharga saat kami mencoba untuk lebih mengenal satu sama lain dan berusaha untuk terus memahami perbedaan sebagai sesuatu yang indah. Resonansi kami cukup keren, saat hape dia rusak dan tak lama kemudian hapeku yang giliran rusak. Kehadirannya selalu bikin aku ngerasa dibutuhkan dan didengarkan. Dia juga selalu support aku selama aku berada di jalan yang benar. Seperti ini, dengan sengaja merancang rencana untuk mempermalukanku di Lombok Idjo setahun yang lalu. Dalang utama yang menyanggupi rencana nekad Mas Zak!! Hhmm, tapi harus aku akui aku seneng banget waktu itu, terharu banget karena saat itu aku emang lagi butuh benget ketemu Mas Zak. 

Sejujurnya saja aku bukan tipikal orang yang romantis atau apalah itu namanya, jadi kadang aku gak ngerti bagaimana caranya aku harus nunjukinnya. Well, the best thing that I’ve ever had is you’ve been a part of my life. Dengan semua rasa yang aku punya, terima kasih untuk semuanya sejak dulu, kini dan nanti. We’ll be together till end, aren’t we?? :’)

Nb: sebenernya aku pengen upload video di Lombok Idjo, cuma gk tau kenapa servernya error terus.. ntar deh aku coba upload lagi.. :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Me and You. Start From Parking Lot"

Post a Comment