Yore vs Today’s

Malam ini, pas aku lagi asyik makan malem tiba-tiba rumahku diserbu sama segerombolan anak-anak, yang tak lain adalah temen-temennya adekku. Mereka dengan semangat juang, ini terdengar dari obrolan mereka yang semangat menyebut mata pelajaran apa saja yang akan dipelajari malam ini, jemput adekku buat belajar kelompok. Adekku khususnya, punya segudang aktifitas untuk ukuran anak SD. Aku pun jadi inget kalau dulu aku juga pernah kayak gini tapi dengan situasi yang berbeda. Let’s me show you what the different between yore and today’s.

Yore
1.       Zaman aku masih SD dulu kalau belajar kelompok mesti gak pernah serius, meskipun belajar di tempat guru atau wali kelas (fyi, dulu belajarnya digilir dari satu guru ke guru yang lain , tentu saja yang memungkinkan untuk dikunjungi), meskipun kadang-kadang juga ke rumah temen-temen (yang ini digilir juga). Berangkat abis maghrib naek sepeda, begitu udah ketemu temen-temen di jalan, yang ada malah balapan sambil nyanyi-nyanyi di jalan.
2.       Begitu nyampe venue, biasalah mesti disediain makanan kecil. Belajarnya bentar, seterusnya ngobrol dan ngemil. Pernah suatu saat belajar di rumah temenku, bukannya belajar tapi malah main kartu sambil ngemil. Begitu jam 8, semua harus pulang dan yang didapet cuma kenyang ngemil dan sakit perut karena kebanyakan ketawa.
3.       Dulu aku gak pernah ikut les apa-apa, dulu di sekolah juga gak ada ekskul apa-apa, jadi pulang sekolah pagi langsung masuk sekolah sore. Ya udah, cuma gitu doang setiap hari.
4.       Sekalinya aku kursus bahasa Inggris, guru les privatku ngambek dan marah-marah karena sering aku tinggal tidur pas pelajaran. Akhirnya baru masuk bulan ketiga, sang guru sudah menyerah dan akhirnya akupun berhenti les (ini sih karena memang sebenarnya aku gak terlalu pengen les). Hanya satu lesku yang berhasil, kursus komputer, hasilnya sekarang aku sudah canggih kalo ngetik, bisa sepuluh jari lhoo, cepet pula dan gak perlu liat ke keypad juga (ini satu-satunya kecanggihan yang aku punya).

Today’s 
  1. Adekku belajar kelompoknya pada jalan kaki, ya enak kalo punya tetangga yang seumuran banyak lha akuuu, ya meskipun kalo ngobrol di jalang gak kalah kerasnya sama nyanyian kelompok ‘tua’ di atas. 
  2. Kalau adekku belajar kelompok serius banget, ini berdasarkan beberapa kali pengamatan saat kebetulan pada belajar kelompok di rumah. Mereka sangat antusias belajarnya, jarang guyon, kalaupun guyon pasti bentar terus balik lagi belajarnya. Padahal juga disediain makanan ringan lho. Mereka sangat tahan godaan. 
  3. Adekku punya segudang kegiatan karena ikut banyak ekstrakurikuler. Mulai marching band, kepanduan HW (ini sejenis dengan pramuka), dan hafalan jus ‘amma, disamping sekolah pagi dan sekolah sore. Jadi adaaa aja yang dia kerjain, mulai latihan HW, setor hafalan sampai latihan marching band. Meskipun aku dulu sekolah di tempat yang sama kayak adekku sekarang, kepala sekolahnya sekarang bikin banyak inovasi dengan memberikan banyak sekali kegiatan ekstrakurikuler. *catat: sekarang kepala sekolahnya Ibuku sendiri* 
  4. Berhubung adekku udah mau UASBN, makanya dia ikut banyak les, mulai dari matematika sampai bahasa inggris, meskipun sebenernya les bahasa inggris udah dia ikuti sejak masih kelas IV SD. Sepertinya semuanya sudah dipersiapkan dengan matang. Meskipun nggak ikut kursus, adekku udah lumayan bisa mengoperasikan komputer dan berhasil membuat beberapa puisi. 

See, ternyata banyak sekali yang berbeda antara dulu kala dengan jaman sekarang. *eh aku terlihat membandingkan diriku sendiri dengan adekku ya? Hhaha. Gak papa lah. Aku cuma pengen berbagi kegelian saat mengingat kelakuanku jaman SD dulu. :D

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Getting Mixed Up


Liburan adalah masa paling di tunggu untuk ajang ‘balas dendam’ setelah selama satu semester penuh dipapar dengan berbagai stressor. Liburan kali ini cuma 3 minggu, itu udah termasuk bayar spp, sama registrasi krs. Padahal yang lain ada yang sampe 4 minggu, bahkan dua bulan alias maret baru masuk. Nah lhoo. 

Awalnya, aku gak punya rencana apa-apa selama liburan selain ketemuan sama Mas Zak. Tapi, tiba-tiba ada yang nawarin backpackeran. Berhubung udah lama gak backpackeran, aku pun langsung setuju. Masalah muncul saat kami nggak tau mau kemana. Malem-malem pas lagi asyik twitteran, ngobrol-ngobrol gitu tiba-tiba ada yang nawarin jalan ke Bali. Setelah dipikir-pikir kayaknya asyik juga nih. Udah lama banget gak kesana juga. Setelah konfirmasi, akhirnya kami sepakat untuk destinasi kali ini adalah ke Bali. Namun setelah beberapa saat sempat terombang-ambing antara jadi atau tidak, dan setelah berbagai pertimbangan mulai dari cuaca dan budget, akhirnya rencana ini dicancel (gak lucu banget kan udah mahal-mahal dan jauh-jauh ke Bali ternyata di sana cuma diem di rumah gara-gara ujan terus).

Pas lagi asyik nyetrika tiba-tiba aku kepikiran lagi rencana tour class, alias tur ke rumah temen-temen sekelas. Aku pun mencoba untuk menentukan rute, dari Kediri di tempat Wiyan, terus ke Mojokerto ke tempat Novi.  Yeey, kayaknya seru nih. Tinggal cari hari deh kalo gitu. Eh siangnya, ada yang ngajakin ke Malang. Waduh, sejujurnya saja aku agak bosen sih di sana, hhahaha. Tapi berhubung Kurnia Putriyanti ini pengen jalan-jalan ke sana ya udah, gak papa. Aku pun kembali dibingungkan dengan ini. Ay Pu rumahnya di Magelang, sedangkan aku di rumah. Gimana caranya coba bisa ketemuan. Oke, beberapa rencana pun di susun. Tapi ternyata, dia sebenarnya juga belum pasti juga ngajakinnya. Karena ke Malang adalah alternatif kedua liburan kalau dia gak berhasil ngajak kakaknya nemenin ke Karimun Jawa. 

Maka, sampai tulisan ini aku posting, belum ada kepastian mau kemana liburan kali ini, padahal liburan cuma bentar. Yang jelas I’m getting mixed up >.<" .

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Nightfall Rainbow


Pelangi atau bianglala adalah gejala optik dan meteorologi berupa cahaya beraneka warna saling sejajar yang tampak di langit atau medium lainnya. Di langit, pelangi tampak sebagai busur cahaya dengan ujungnya mengarah pada horizon pada suatu saat hujan ringan. Pelangi juga dapat dilihat di sekitar air terjun yang deras (wikipedia). Kalo kata Mas Zak, pelangi itu penengah hujan dan kering.

Kenapa aku tiba-tiba ngomongin pelangi? 

Gak tau kenapa hari ini aku keinget hari itu, sabtu, 6 Januari 2012. Pas itu lagi ribet-ribetnya nyelesaiin laporan praktikum proyektif. Berhubung mau dikumpulin sabtunya, akupun memutuskan untuk langsung jilid sore itu. Sembari nunggu, aku pun duduk”, bengong sambil sesekali ngeliat tv di tempat jilid yang lagi muter K-drama. Tiba-tiba ada seorang ibu tengah baya bersepeda model girly keranjang depan (sorry, I really don’t how to call it, :p). Ibunya mau fotocopy undangan buat syukuran, dan dengan pedenya pas ngeliat yang punya tempat itu muncul langsung bercerita tanpa di minta dan langsung minta potongan alias diskon karena udah fotocopy banyak dan karena kebetulan mereka bertetangga (ini sih emak-emak banget, hhehe ^^v). 

Begitu yang punya pergi, ibunya langsung melihat ke arahku dengan senyum yang sukar di definisikan. Beliau pun langsung bercerita (kembali-karena sebenarnya aku sudah cukup mendengarkan ceritanya pada si pemilik outlet) tentang bagaimana dia akan mengadakan syukuran hari minggu atas dibukanya kos-kosan barunya. Aku pun mencoba untuk menjadi pendengar yang baik dan terlihat antusias dengan ceritanya. Ibunya bercerita bahwa dia punya dua anak, sulung cowok bungsu cewek. Keduanya sudah menikah dan bekerja, yang cowok di Kalimantan, yang cewek diii…. (aku lupa). Intinya kedua anaknya udah sukses sekarang, meskipun ibu itu dulu gak sekolah. Sang ibu terus saja bercerita tentang bagaimana perjuangan anak-anak mereka. Anak pertamanya hanya lulus SMA dan langsung jadi wirausaha (jualan pecel di deket kos-kosan, sebenernya pindah-pindah juga sih, hhehe). Sekarang bekerja jadi labor di sebuah perusahan asing di Kalimantan. Anak keduanya sampai jadi sarjana dan sekarang juga bekerja di luar jawa (taukah anda kalo bekerja di luar pulau jawa itu dapet biaya kemahalan? Terutama dari perusahan yang udah multinasional). Dan lumayan lah sampe bisa bikin kos-kosan dua tingkat di deket sebuah universitas swasta di Jogja kalo aku simpulkan dari cerita ibunya termasuk kategori kos-kosan elit, mengingat fasilitas yang dia ceritakan. Tak hanya cerita tentang itu, sang ibu terus bercerita tentang bagaimana anak-anaknya mendapatkan jodoh dan akhirnya menikah lalu punya anak, dan cerita terus melebar kemana-mana. Aku hanya bisa berusaha menjadi pendengar aktif yang baik (keracunan konseling).

Ibu itu terus saja bercerita, dari apa yang dia utarakan, aku bisa menangkap kebanggaan dari ekspresi wajahnya, nada suaranya, semuanya menggambarkan betapa dia begitu bahagia dengan apa yang dia miliki sekarang (ppsstt, aku tak sengaja melirik beberapa perhiasan emas menghiasi tangan, leher dan jarinya. It’s good enough, isn’t it?? ^^v). Tiba-tiba ibunya bangun dan mendekat padaku, sejujurnya aku sedikit takut apa yang akan dia lakukan, ternyata dia hanya ingin menunjukkan foto cucunya yang baru lahir beberapa bulan yang lalu, sambil bercerita betapa lucu dan gembulnya dia.

Begitu laporanku selesai dijilid aku pun langsung pamit pada ibu itu dan langsung pergi ke lempuyangan. Ngapain? Jemput Mas Zak? Bukaaan. Mutia sama Ulla (adek angkatan di MAN, yang satu pernah sekamar) lagi maen ke jogja, jadi mumpung aku sempet, ya aku samperin aja. Mereka ada misi dateng ke Jogja, terutama Mutia. Dia lagi mencoba “mencari jawaban”, yah seperti remaja akhir pada umumnya, lebih mengenali bagaimana diri sendiri, lebih memahami apa yang dibutuhkan dan bagaimana harus menghadapi dunia yang ternyata lebih luas dari asrama sekolah.

Lagi asyik-asyiknya ngobrol sama mereka di depan warung dan di samping pangkalan becak, tiba-tiba Ulla berseru bahwa ada pelangi di atas langit lempuyangan. Tipis karena bercampur dengan langit yang abu-abu, dan ada dua, meskipun yang satu ukurannya lebih kecil. Sayangnya, kamera hp.ku bobrok dan hp Mutia resolusinya juga tidak terlalu tinggi, jadi pas nyoba di foto tetep aja yang keliatan cuma abu-abu langit. Tapi tak apa, kami bertiga cukup bisa dibuat terpaku melihat pelangi yang jarang-jarang muncul. Aku merasa sangat beruntung bisa lihat pelangi, setelah mungkin terakhir kali pas aku masih SD aku lihat pelangi. 

Pada nanya apa hubungannya pelangi sama cerita ibu tadi dan perjalanan dua remaja akhir di atas?

Actually, I’m not sure that they related to each other. Just make assume that they related. *maksa*. Intinya adalah, pelangi nggak akan muncul di saat langit lagi terang benderang, pasti harus ujan dulu, atau langit mendung diselingi gerimis, itu pun gak selalu mesti keluar lho ya. In case aja, kadang-kadang. Tapi yang jelas yang aku dapet adalah gak ada sesuatu yang indah kalau kita nggak usaha dulu, nggak susah-susah dulu, apapun itu kasusnya. Yang jelas selalu ada kemudahan di balik kesusahan (inget, ayat ini ada di Al-Qur’an dan bahkan ditegaskan). Dan aku malu sama diriku sendiri saat denger kisah ibu itu. Udah segede ini (I’m just 40kg and 153cm, is that big?) tapi belum bisa apa-apa, yang ada malah makin demotivasi aja kayaknya. Semoga kita bisa jadi orang yang lebih baik, lebih bermanfaat dan lebih berbakti. Amiin.

Moral of the Story
Investasi itu penting..!! apapun bentuknya.. hhahaha.. ;)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Librarian Man


Hari ini kuliah selesai jam 9 pagi. Kalo pulang kok keliatannya enggak banget. Kaya’ anak TK jam segitu udah pulang, ato malah anak TKnya baru berangkat ke sekolah? Entahlah intinya aku nggak mau dilihat sebagai mahasiswa pengangguran gak punya kerjaan yang pulang kuliah jam 9 pagi. Setelah makan di kantin, rombongan pun bubar karena ada acara sendiri-sendiri. Pas ditanyain aku mau kemana, dengan jujur aku jawab gak tau. Pas jalan ke parkiran mikir, mikir lagi, dan mikir. Aku pun memutuskan untuk ke perpustakaan. Iiihh waaw banget yah, mengingat ini adalah kali pertama aku ke perpustakaan selama semester V yang udah mau abis ini demi sebuah proposal skripsi. 

Oke, seperti orang ilang, aku pun berjalan sendirian. Sebelum ini aku sempat ke perpustakaan, mungki sekitar lima kali selama kuliah 5 semester di sini. That means, once per semester, hhehe. Dengan pedenya masuk ruangan skripsi berbekal selembar kertas, sebuah pena warna dan handphone. Nyelonong masuk dan mulai sibuk nyari-nyari skripsi yang aku perluin dan gak sadar begitu dapet langsung duduk aja di lantai sambil buka-buka skripsinya sambil nyatet-nyatet sampai kemudian ada bapak setengah baya berjenggot yang negor dengan suara keras yang buat aku nada seperti itu terkesan galak, sadis dan gak berperikemahasiswaanyangjarangmasukperpus (nah lo, bingung kan bacanya?? :p ). Kurang lebih gini bapaknya bilang “Mbak, kalo udah dapet bukunya ya dibawa ke ruang baca. Bacanya di sana, bukan di sini. Udah mahasiswa kok ya gak ngerti-ngerti. Itu lho udah ada tulisannya, mbok ya di baca dulu, udah 14 gitu. Katanya mahasiswa itu pinter kok baca aja gak bisa.” Suara bapaknya menggema seantero ruangan skripsi, sebenernya teguran ini cukup bikin aku gondok. Negur sih negur pak, tapi apa gak ada cara dan bahasa yang lebih halus dan lebih pelan?. Aku yang gondok cuma jawab singkat, “iya pak, bentar”. “Maksimal dua ya”, sambung bapak itu lagi. Aku pun kembali bilang “iya pak”, dengan nada nahan kesel.  Aku pun buru-buru ngambil skripsi terus keluar ruangan.

Ya mungkin karena kebiasaan kalo di toko buku begitu ketemu buku asyik langsung buka plastik (hanya untuk buku yang gak ada sampelnya, jadi terpaksa harus buka sendiri) dan langsung duduk aja gitu di depan rak sambil baca-baca kebawa pas di perpus. Lagian pas aku keluar sambil cari-cari tulisan yang dimaksud bapaknya juga ternyata cuma selembar kertas hvs a4 (mungkin yang dimaksud bapak itu ‘14’ adalah ukuran fontnya yang 14) yang ditempel di sisi samping luar rak yang ngarah ke jalan, jadi kan kalo jalan lurus terus gak bakalan tau kalo di samping rak ada kertasnya, itu pun gak semuanya ditempelin. Ditambah lagi rak buat skripsi fakultasku mojok paling belakang, ya mana aku tau.

Yaayaya, terlepas dari itu semua yang paling penting adalah aku mendapatkan apa yang aku cari. That’s it.

Moral of The Story
Hilangkan kebiasaan buruk (seperti buka plastik langsung baca di tempat), karena itu tanpa disadari akan terbawa ke aktivitas yang lain, efek dari internalisasi perilaku yang udah masuk ke unconsciousness.  
Saat masuk ke tempat yang jarang dikunjungi dan pasti kita tau ada peraturan di dalamnya, cobalah untuk jeli melihat segala sesuatunya, mulai dari petugas sampai peraturan yang mungkin nyempil dimana-mana.
Dan yang terakhir, tingkatkan terus kesabaran dan pengertian diantara sesama manusia.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Let’s Make Our Better Life :)

Berhubung kemarin seharian terkapar di kamar, jadinya cuma bisa guling” di kasur, akhirnya gak sempet nulis dan posting tentang sekilas cerita di 2011 dan resolusi di 2012. Oke, I’m fine right now. Let’s see what happen in 2011 and what my resolution in 2012.

2011
Tahun ini penuh dengan banyak hal yang baru dan berbeda. Secara keseluruhan menguji kekuatan, kesabaran dan keselarasan dengan lingkungan.

Oke kita mulai dari kuliah. Kuliah tahun ini yah gitu-gitu aja sih, ip sempet turun di semester IV gara” aku terlalu sering ngeluh, ujung-ujungnya jadi gak serius, menyalahkan orang lain dan keadaan saat aku mendapatkan kesulitan dan masalah serta apa yang ada gak sesuai dengan apa yang aku pengenin, padahal kan gak semua yang kita pengenin itu baik, berkah dan bermanfaat kan?.  Mendapatkan beberapa kali ‘pukulan’, mulai dari temen-temen di kampus (ini lebih ke sikapku yang terlalu blak-blakan dan uncontrolled, I’ve try to change it and I think it’s work now, the not complain anymore), sampai ‘pukulan’ gara-gara ngerjain tugas yang gak sesuai prosedur (kalo yang ini lebih ke akunya yang terlalu panik dan takut testee kabur, dan aku rasa aku sedikit menderita PTSD -post traumatic stress disorder- karena hal ini).

Masih di kampus, tapi lain soal. Sekarang di BEM. Actually, I’m not really interested with this, I just…I don’t know, I just not so inclined (maybe it’s another PTSD). Dengan hati setengah-setengah ya udah mau gak mau harus dijalanin, meskipun iklimnya gak sesuai dan I’m just little bit not comfortable with the ideology in this area. Koordinator Media Komunikasi dan Informasi, yes here I am. Sempat membuat sedikit kekacauan dengan tidak melakukan program kerja dalam kurun waktu yang lumayan sampai harus mendapatkan beberapa kali teguran.

Urusan yang satu ini cukup berpengaruh pada banyak hal, terutama di kampus. Apalagi kalo bukan urusah HATI. Sempet desperate gara-gara gak ketemu satu semester lebih, hampir delapan bulan malah. Tapi, untungnya mau berbaik hati berkunjung ke jogja meski harus kabur dari acara di kampus. I am very thankful for that. Yah, meskipun sempat ada satu saat dimana hatiku benar-benar diuji, apakah aku harus menyerah saat ada ‘kejadian’ itu ataukah aku harus tetap bertahan. Kegigihannya untuk meyakinkanku  membuat aku mulai bangkit dan berdiri lagi, meskipun kadang saat inget kejadian itu, lecetnya jadi terasa perih lagi. Tapi aku percaya dan aku yakin, karena itulah aku masih menunggu dan akan terus menunggu. Sampai akhirnya tahun ini memecahkan rekor tahun-tahun sebelumnya, yah empat kali pertemuan dalam satu tahun. Benar-benar membahagiakan, apalagi pas moment ulang tahunku, the great birthday party that I’ve ever had  :*

Nah yang ini juga paling penting, secara keseluruhan ibadah tahun ini kurang memuaskan, masih tetap gitu-gitu aja, sering gak istiqomah, sering kalah sama handphone, sering kalah sama laptop, sering kalah sama jalan-jalan dan yang lainnya. Sedikit menyesal dan kecewa sih kenapa gak ada perubahan yang berarti.

2012
Yes, welcome to a new year, with new hope, new spirit, new attitude, new habits to make my better life :)

My resolution
Lulus minimal Desember 2012, cum laude
Harus lebih rajin ibadah, biar makin deket sama ALLAH
Makin bakti sama Ibu – Bapak – Mbak Asti – Dek Umma
Makin sabar nungguin Mas Zak ;)
Makin serius kuliahnya
Makin rajin bersyukur
Be creative, be productive (gak cuma omdo a.k.a omong doang, mulai coba action)
Makin rajin belajar, belajar apa aja
Berhenti cengeng
Harus baek sama orang, bisa ngontrol emosi
Lebih sabar, lebih kuat
Lebih rajin beres-beres
Les masak
NABUNG NABUNG NABUUUUNGG…!!!
SEDEKAH SEDEKAH SEDEKAAAAAAH…!!!

Semoga yang sederhana ini bisa makin istiqomah, makin baik dan bisa beresonansi ke yang lain .. semangaaaat .. :)



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS