Nightfall Rainbow


Pelangi atau bianglala adalah gejala optik dan meteorologi berupa cahaya beraneka warna saling sejajar yang tampak di langit atau medium lainnya. Di langit, pelangi tampak sebagai busur cahaya dengan ujungnya mengarah pada horizon pada suatu saat hujan ringan. Pelangi juga dapat dilihat di sekitar air terjun yang deras (wikipedia). Kalo kata Mas Zak, pelangi itu penengah hujan dan kering.

Kenapa aku tiba-tiba ngomongin pelangi? 

Gak tau kenapa hari ini aku keinget hari itu, sabtu, 6 Januari 2012. Pas itu lagi ribet-ribetnya nyelesaiin laporan praktikum proyektif. Berhubung mau dikumpulin sabtunya, akupun memutuskan untuk langsung jilid sore itu. Sembari nunggu, aku pun duduk”, bengong sambil sesekali ngeliat tv di tempat jilid yang lagi muter K-drama. Tiba-tiba ada seorang ibu tengah baya bersepeda model girly keranjang depan (sorry, I really don’t how to call it, :p). Ibunya mau fotocopy undangan buat syukuran, dan dengan pedenya pas ngeliat yang punya tempat itu muncul langsung bercerita tanpa di minta dan langsung minta potongan alias diskon karena udah fotocopy banyak dan karena kebetulan mereka bertetangga (ini sih emak-emak banget, hhehe ^^v). 

Begitu yang punya pergi, ibunya langsung melihat ke arahku dengan senyum yang sukar di definisikan. Beliau pun langsung bercerita (kembali-karena sebenarnya aku sudah cukup mendengarkan ceritanya pada si pemilik outlet) tentang bagaimana dia akan mengadakan syukuran hari minggu atas dibukanya kos-kosan barunya. Aku pun mencoba untuk menjadi pendengar yang baik dan terlihat antusias dengan ceritanya. Ibunya bercerita bahwa dia punya dua anak, sulung cowok bungsu cewek. Keduanya sudah menikah dan bekerja, yang cowok di Kalimantan, yang cewek diii…. (aku lupa). Intinya kedua anaknya udah sukses sekarang, meskipun ibu itu dulu gak sekolah. Sang ibu terus saja bercerita tentang bagaimana perjuangan anak-anak mereka. Anak pertamanya hanya lulus SMA dan langsung jadi wirausaha (jualan pecel di deket kos-kosan, sebenernya pindah-pindah juga sih, hhehe). Sekarang bekerja jadi labor di sebuah perusahan asing di Kalimantan. Anak keduanya sampai jadi sarjana dan sekarang juga bekerja di luar jawa (taukah anda kalo bekerja di luar pulau jawa itu dapet biaya kemahalan? Terutama dari perusahan yang udah multinasional). Dan lumayan lah sampe bisa bikin kos-kosan dua tingkat di deket sebuah universitas swasta di Jogja kalo aku simpulkan dari cerita ibunya termasuk kategori kos-kosan elit, mengingat fasilitas yang dia ceritakan. Tak hanya cerita tentang itu, sang ibu terus bercerita tentang bagaimana anak-anaknya mendapatkan jodoh dan akhirnya menikah lalu punya anak, dan cerita terus melebar kemana-mana. Aku hanya bisa berusaha menjadi pendengar aktif yang baik (keracunan konseling).

Ibu itu terus saja bercerita, dari apa yang dia utarakan, aku bisa menangkap kebanggaan dari ekspresi wajahnya, nada suaranya, semuanya menggambarkan betapa dia begitu bahagia dengan apa yang dia miliki sekarang (ppsstt, aku tak sengaja melirik beberapa perhiasan emas menghiasi tangan, leher dan jarinya. It’s good enough, isn’t it?? ^^v). Tiba-tiba ibunya bangun dan mendekat padaku, sejujurnya aku sedikit takut apa yang akan dia lakukan, ternyata dia hanya ingin menunjukkan foto cucunya yang baru lahir beberapa bulan yang lalu, sambil bercerita betapa lucu dan gembulnya dia.

Begitu laporanku selesai dijilid aku pun langsung pamit pada ibu itu dan langsung pergi ke lempuyangan. Ngapain? Jemput Mas Zak? Bukaaan. Mutia sama Ulla (adek angkatan di MAN, yang satu pernah sekamar) lagi maen ke jogja, jadi mumpung aku sempet, ya aku samperin aja. Mereka ada misi dateng ke Jogja, terutama Mutia. Dia lagi mencoba “mencari jawaban”, yah seperti remaja akhir pada umumnya, lebih mengenali bagaimana diri sendiri, lebih memahami apa yang dibutuhkan dan bagaimana harus menghadapi dunia yang ternyata lebih luas dari asrama sekolah.

Lagi asyik-asyiknya ngobrol sama mereka di depan warung dan di samping pangkalan becak, tiba-tiba Ulla berseru bahwa ada pelangi di atas langit lempuyangan. Tipis karena bercampur dengan langit yang abu-abu, dan ada dua, meskipun yang satu ukurannya lebih kecil. Sayangnya, kamera hp.ku bobrok dan hp Mutia resolusinya juga tidak terlalu tinggi, jadi pas nyoba di foto tetep aja yang keliatan cuma abu-abu langit. Tapi tak apa, kami bertiga cukup bisa dibuat terpaku melihat pelangi yang jarang-jarang muncul. Aku merasa sangat beruntung bisa lihat pelangi, setelah mungkin terakhir kali pas aku masih SD aku lihat pelangi. 

Pada nanya apa hubungannya pelangi sama cerita ibu tadi dan perjalanan dua remaja akhir di atas?

Actually, I’m not sure that they related to each other. Just make assume that they related. *maksa*. Intinya adalah, pelangi nggak akan muncul di saat langit lagi terang benderang, pasti harus ujan dulu, atau langit mendung diselingi gerimis, itu pun gak selalu mesti keluar lho ya. In case aja, kadang-kadang. Tapi yang jelas yang aku dapet adalah gak ada sesuatu yang indah kalau kita nggak usaha dulu, nggak susah-susah dulu, apapun itu kasusnya. Yang jelas selalu ada kemudahan di balik kesusahan (inget, ayat ini ada di Al-Qur’an dan bahkan ditegaskan). Dan aku malu sama diriku sendiri saat denger kisah ibu itu. Udah segede ini (I’m just 40kg and 153cm, is that big?) tapi belum bisa apa-apa, yang ada malah makin demotivasi aja kayaknya. Semoga kita bisa jadi orang yang lebih baik, lebih bermanfaat dan lebih berbakti. Amiin.

Moral of the Story
Investasi itu penting..!! apapun bentuknya.. hhahaha.. ;)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Nightfall Rainbow"

Post a Comment