Sweet Memories in Sugar Land

Hari ini Muwada’ah Akhir Sanah 2011, tapi sayangnya aku gak bisa datang ke Malang, padahal aku pengen banget ketemu adek-adek MABI dan alumni EL-Bash [maaf buat yang lain, soalnya cuma mereka yang paling aku kenal, hhee ^^v]. Selain karena banyak kerjaan di kampus, dua minggu yang lalu aku juga baru balik dari Malang dan yang jelas adalah karena yang biasanya nemenin lagi UAS, hhee.

Rasanya baru kemarin, tapi nyatanya udah 2 tahun aku meninggalkan tempat itu [baca: Asrama MAN 3 Malang]. Huwaaaaah, gila rasanya indescribable. Long term memoryku seakan masuk lorong waktu begitu mendengar tempat itu disebut. Video kehidupan saat itu kayak di playback di otakku dengan cepat dan jelas.
Judul di atas adalah tema Muwada’ah 2009, 21 Juni 2009. Salah satu moment dari serangkaian moment yang bagi aku itu merupakan salah satu titik balik dimana semua perasaan campur aduk jadi satu, indefinitely. Harusnya saat itu aku merasa senang karena akan segera terbebas dari `the holy jail` (are it’s heard like a spooky place? Hhehe.. ^,^v), tapi entah kenapa aku malah merasa hambar, kosong dan pokoknya gak enak banget lah. Honestly, I really hate this situation. I feel alone, like lost in a jungle in a rainy night. Until right now, I still remember how does it feel

Salah satu alasannnya mungkin karena saat itu aku ketakutan, takut gak bisa bareng-bareng lagi sama temen-temen, takut gak bisa dimarahin lagi sama ustad (yes, actually sometimes I miss it, because I now they did it to teach us), dan yang paling aku takutkan saat itu adalah aku gak bisa ketemu lagi sama salah satu orang di sana [baca: Mas Zak]. Aku masih inget banget saat acara selesai sekitar pukul 02.30 pagi, dan setelah salaman semua kelas XII satu persatu keluar dari aula, di depan pintu ada Dia, lagi ngobrol sama Rifa’, aku gelagepan gak tau mesti gimana, akhirnya ya udah aku lewat aja dengan perasaan gak karuan, sebenarnya banyak yang ingin aku bilang ke Dia saat itu, tapi entahlah, aku gak berani. Setelah itu aku tak langsung kembali ke kamar, padahal yang lain langsung tepar. Aku berhenti di depan tangga di bawah OSIS, dan aku nyandar di salah satu tiangnya yang tepat disebelah tangga turun ke kelas X MABI [saat itu lho ya, kalo sekarang aku gak tau itu kelas apa :D] sampai sekitar pukul 03.00 lebih. Selama disana aku cuma bisa diem, nangis dan mikir. Kalau sekarang mungkin istilahnya `galau abis`, hhehe. Saat itu aku baca lagi tulisan yang aku buat saat acara berlangsung,
Penantian panjang dengan perjuangan yang tak pernah mudah akhirnya tiba di ujung waktu. Begitu banyak hal yang tak pernah terbayangkan sebelumnya terjadi silih berganti mengulum waktu secara pasti dan secara perlahan menorehkan kisah yang tak akan pernah bisa ditukar dengan apapun. Sesuatu yang terlalu berharga untuk dilupakan. Meski torehan yang ditinggalkan tidak selalu manis, tetapi itulah harta yang paling tak ternilai. Tawa dan airmata adalah sebagian kecil dari kisah ini yang membuatnya semakin berwarna. Luka, derita, dan berbagai macam prahara menjadi salah satu potongan kisah yang membuatnya semakin bermakna. Kesempatan untuk merasakan segala macam rasa kehidupan adalah sebuah fase terhebat yang pernah dialami dan menjadikannya sebuah anugerah terindah dari Yang Kuasa.
Setelah membaca tulisanku, aku melirik lembar selanjutnya yang sudah terisi oleh tulisan Nayla Fatchiya dan membacanya,
Kita tak pernah menyangkal akan adanya keluhan dalam tiap tetes perjuangan,
Namun,
Kitapun tak bisa menyangkal akan adanya kerinduan atas perjuangan itu saat kita telah tinggalkan.

Setiap inchi bangunan di tempat itu punya banyak kenangan, cerita, dan tanahnya telah menampung banyak air mata. Ribetnya saat mau ada acara, dimarahin ustad, gak tidur semaleman buat ngerjain proposal atau persiapan acara, ramenya saat ngumpul bareng temen-temen, dan cerita cinta pun banyak muncul di tempat ini [termasuk aku, :D]. Rasanya gak sanggup kalau harus nulis satu persatu, cerita di atas cuma sepersekian persen dari 100% cerita yang ada di sana. 

Menurutku judul di atas pas banget. Sugar, a.k.a gula itu manis, tapi kalo kebanyakan ato kematangan pas dimasak rasanya berubah jadi pahit, dan pahitnya itu pekat dan kerasa lama di mulut. Ya memang, di asrama itu tempat yang bikin semua yang pahit jadi manis dan yang harusnya manis jadi pahit dengan berbagai extraneous variable yang ada. Overall, that place is the best place that I’ve ever live in.

:))


Alumni 2009

Pembacaan Ikrar

Bareng Asatidz, miss u all :)

Ukhti - Akhi Ter- :)


   

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Sweet Memories in Sugar Land"

Post a Comment