Semester berapa Sekarang??


Sebelum liburan selesai dan kembali ke rutinitas semula, yang menjemukan, aku memutuskan untuk pulang ke rumah dengan harapan akan mendapatkan libur lebih lama *lhoooh*, hhaha just kidding. Abisnya liburan gak berasa banget, cuma sempet maen bentar udah masuk lagi, dan yang paling ‘menyentuh’ adalah cuplikan percakapan dengan ibu. Check this out.

“dek, kapan masuk?” | “tanggal 13” | “cepet banget?” | “gk taauu” | “jadi, kamu semester berapa dek?” | “semester 6” | “abis itu semester 7 skripsi ya” | *nelen ludah* “hhmmm” | “biar cepet lulus, abis itu bikin proposal apa gitu terus kerjasama sama siapa gitu bikin pelatihan ato apa kek, ntar juga kuliah lagi,  biar abis lulus gak nganggur, cuma tidur di rumah” | *nelen ludah lagi* “yaa, ntar lah” | “biar ilmunya bisa diaplikasikan” | “hhhmm, yaa”

Catatan: aku bukannya gak berminat saat hanya memberi jawaban hhmm dan yaa, cuma sambil mikir aja sebenernya. Dan sejujurnya banyak hal yang jadi aku pikirin setelah percakapan itu, *percakapan dengan tema seperti ini sudah sering terjadi antara aku dan ibu*. Misalnya ya, bikin kegiatan seperti apa yang dipengen ibu, kayak bikin proposal pelatihan atau apa gitu. Aku jadi kepikiran untuk bikin seminar, pelatihan tentang “parenting school” atau sejenisnya lah. Kenapa aku pengen bikin itu, ya karena menurut aku menyiapkan orang tua secara psikis itu lebih baik daripada nantinya mengobati kenakalan anak atau dalam bahasa ilmiahnya ‘gangguan’ saat dewasa nanti, *sebenernya ini hanya sebagian defenseku saja karena gak begitu ahli dalam menangani klien, karena aku sejujurnya takut*.  Dalam ilmu psikologi, terutama aliran psikodinamika, kehidupan pada masa anak-anak akan sangat menentukan apa yang akan terjadi di masa akan datang. Apapun yang anak alami di masa kecil akan tersimpan di alam bawah sadar mereka dan secara tak disadari akan dimanifestasikan dalam kehidupan setelahnya. FYI, sebagian besar masalah yang terjadi saat dewasa adalah karena adanya unfinished business dalam diri seseorang yang kebanyakan terjadi dalam fase anak sampai remaja. Contoh kongkritnya adalah aku *daripada ngomongin orang mending aku ngomongin diri sendiri, right?*. Dari kecil aku tidak dibiasakan untuk bersikap assertive, jadi sampai sekarang pun terkadang kalo aku nggak setuju atau apalah tapi ada beberapa hal yang bikin aku nggak enak ngomongnya, aku akan cenderung diem dan mencoba untuk menerima. Contoh lain adalah dari kecil aku dibiasakan untuk melakukan segala sesuatu sendiri dan cenderung ‘dilepas’ jadi sekarang meskipun hal itu tetep kebawa sampai sekarang tapi aku ngerasanya jadi butuh diperhatiin dan ditemenin, *malah curhat*. Intinya, menurutku adalah apapun itu, lebih baik mencegah daripada mengobati, right?

Hal lain yang sering aku pikirin akhir-akhir ini adalah lulus 3,5 tahun atau 4 tahun. Ibu jelas pengen aku lulus 3,5 tahun, dulu emang aku menggebu-gebu untuk lulus 3,5 tahun, tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku jadi ragu. Bisa nggak ya aku lulus 3,5 tahun? setelah aku lulus 3,5 tahun terus mau ngapain?. Sejujurnya aja aku masih takut dan ngerasa belum punya persiapan apa-apa untuk kehidupanku selepas kuliah nanti, menyambut the real life. Kehidupan sesungguhnya dimana aku harus hidup sendiri dalam artian yang sebenarnya. Tidak lagi menggantungkan kebutuhan pada orangtua, bisa menunjukkan eksistensi sebagai manusia yang bisa bermanfaat untuk sesamanya, memasuki kehidupan yang baru dan lebih matang, dan …………………………………., hhehe ;)

Kalau 4 tahun pun sebenarnya tidak menjamin 100% kalau aku sudah benar-benar siap mengarungi kehidupan yang keras *ceiileeeh* setelah aku lulus nantinya. Karena aku sendiri sadar kalau aku masih susah untuk meninggalkan sikap kekanak-kanakanku dan segala tetek bengek yang menyertainya. Setidaknya mungkin aku bisa mulai dengan mengganti dress code kuliahku yang biasanya seneng pake kaos oblong harus dikurangi, celana gombrong itu mungkin juga lebih baik sering diganti dengan rok. Aahh, sepertinya aku mulai terjangkit sindrom ‘semester tua’, hhahaha.

Setidaknya aku sadar, meskipun belum bisa merubah diri secara cepat menjadi manusia yang ‘matang’ secara emosi dan sikap. Dan dengan kesadaranku ini semoga orang-orang disekitarku bisa membantuku untuk mencapai kematangan emosi dan sikapku, uuyyeeaaahh. Bismillah.. :)

___________
*……* = aku sedang melakukan monolog, hhaha… :D

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Semester berapa Sekarang??"

Post a Comment